Senin, 24 Juni 2013

Peranakan


                Hidup sebagai 4 bersaudara dengan posisi anak perempuan pertama dan terakhir yang untungnya lahir awal ada enak dan enggaknya. Enaknya, aku adalah anak yang paling disayang hehe. Nggak enaknya ketika terjadi perang dunia. Aku punya 3 saudara lagi yang biasa kusebut tuyul berisik berwujud anak manusia—baca dengan hati ikhlas Abi, Dio dan Aca. Mereka adalah musuh bebuyutan sedarahku. Mereka adalah pengganggu kenyamanan hidupku. Sedikit cerita mengenai kehidupan kami…
Di suatu ketika, di malam yang hening—tidak untuk rumah kami pastinya. 4 orang anak manusia dengan segala kekreatifan dan keusilannya berulah. Si kakak cewek yang agak cowok sedang nyaman di kamarnya. Di kamar sebelah dihuni oleh 3 ekor tuyul berisik yang berwujud anak manusia. Mereka dengan kejam berteriak-teriak hingga mengganggu si kakak. Awalnya si kakak cewek—kalo nggak mau dibilang cowok—masih sabar. Tapi yang namanya anak remaja emosi masih labil, dia terganggu juga oleh teriakan adik-adiknya yang berada di kamar sebelah. Dia bangkit dari kubur, eh kasur dan langsung membuka pintu. Mendengar pintu kamar sebelah terbuka ketiga ekor tuyul itu hening tanpa suara. Si kakak yang masih sebal mengetuk pintu kamar ketiga ekor tuyul itu dengan kasar. Karena mereka takut, akhirnya mereka memilih untuk tidak membukakan pintu untuk kakaknya. Ide usil sang kakak untuk membalas dendam pun muncul. Dia merubah nada suaranya menjadi lembut dan membujuk ketiga ekor adiknya untuk membukakan pintu dengan alasan takut di luar sendiri.
 Yang namanya anak kecil sekalipun berjumlah lebih banyak dari orang gede otak mereka tak lebih dewasa dari kita. Mereka bertiga tertipu oleh bujuk rayu maut sang kakak. Pintu terbuka, awalnya wajah sang kakak masih halus dan lembut. Si adik pembuka pintu yang bertubuh tambun membuka pintu semakin lebar dan…klak! Kunci kamar diambil si kakak. Dengan cekatan dan lincah pintu ditutup kembali oleh sang kakak dan dia kunci dari luar. “Buahahaha…rasain lo! Buat gara-gara sama gue sih! Buahahaha….” tawa sang kakak meledak. Rencananya berhasil. Sekarang ketiga ekor anak manusia itu sedang menggedor-gedor pintu dengan ganas meminta pintu dibuka. Tapi yang namanya dendam kesumat, sang kakak malah tertawa terbahak-bahak semakin kencang dan menyanyikan lagu kemenangan dari kaca kamar yang terhubung langsung dengan kamar sang adik, “I’m the champion…I’m the champion….”. Mendengar nyanyian sang kakak yang sangat senang melihat ketiga ekor adiknya tersiksa itu si tua yang kurus tinggi ikut tertawa terbahak-bahak diikuti kedua ekor adik lainnya. “Ternyata kakak yang selama ini dibanggakan mama, gila! Buahahaha….”.
Sekian ceritaku, bila ada salah kata mohon dimaafkan. Karena aku hanyalah seorang anak manusia yang tidak sempurna dan mengharapkan menjadi seorang penulis berskala dunia-akhirat. Terima kasih. Wassalam J

Rabu, 19 Juni 2013

#AKU dan RASAKU#

Air mata yang tertahan
Mengingat masa lalu yang menyakitkan
Kau, Aku, Mereka hanya khayalan
Bersatu dalam jurang kesakitan

Hanya Aku yang bisa merasakan
Sakitnya hati yang terkhianati

Sesaknya dada
Terpenuhi rasa amarah yang membara
Gejolak perjuangan cinta
Yang terbuang sia-sia :') 

Sorry, curcol dikit nih :'3

DUNIA yang KEJAM?

Gemerlapan bintang bertebaran di antara gelapnya malam
Mendung di awan menghalangi tegasnya cahaya bulan
Benih-benih cinta mulai tumbuh di hati yang kelam 
Kesedihan menghalangi datangnya keceriaan

Aku tak lagi seperti aku
Mereka tak lagi seperti mereka 
dan hidup serasa kurang bermakna

Diam, memendam, mengicau dalam hati,
seperti burung yang kehilangan suara
Muak, ingin lari namun tak mungkin,
itu yang selalu terasa

Aahh...dunia semakin kejam!
Menelan kebenaran-kebenaran yang ada
Merusak keadilan-keadilan yang mungkin tak terasa
Menghancurkan kepercayaan-kepercayaan yang tercipta
Menghempaskan tali persahabatan

NB: Ini hanya kiasan yg bisa mengartikan tentang dunia kalian tolong direnungin ya, thx for read! :)

# Dengarkanlah #

Untaian kata terajut dalam hati
Berjuta suara tersirat menjadi mimpi
Ini rasa bukan kata
Ini cinta bukan suara

Dengarkanlah wahai bintang
Disini aku berkata karena rasa
Disini aku bersuara karena cinta
Inilah aku yang berdiri
Inilah aku yang menanti ^_^

Senin, 17 Juni 2013

Mimpi (?)

         “Liburan ke WBL dibatalkan!” Teriak mama bergema ke seluruh rumah. Semua anggota keluarga termasuk aku kaget dan melongo. Aah sial! Yang benar saja masa’ selama liburan seperti orang dipingit? Selalu di rumah? Aaaah! Aku nggak mauuuuu! Tapi aku bisa apa? Seharian ini mama hanya marah-marah entah apa yang menyebabkan beliau seperti itu. Aku bangun pun atas teriakan geram beliau. Aku bangun pukul setengah satu siang, maklumi sajalah aku baru bisa tertidur pukul setengah empat tadi.

          Oh ya tadi aku mendapat mimpi yang...gimana ya? Dibilang indah ada jeleknya, dibilang buruk ada indahnya, susah deh pokoknya mendiskripsikannya, jadi aku ceritakan saja yaaa?

          Aku berada di sebuah tempat, tempat itu kukenal sebagai sebuah gedung sekolah SD NU 1 Tratee, namun anehnya di sana ada guru-guru Sdku. Ya memang jarak antara Sdku dan SD NU ini dekat tapi bagiku masih terasa aneh. Aku melihat guru-guru melakukan berbagai aktivitas. Sebelum aku sampai di situ, aku mengalami satu kejadian, aku bisa dekat dengan cowok yang sedang kusuka dan kusayang saat ini, Hendra. Dia berubah 180o, dia sangat baik denganku dan berganti mengejar-ngejarku. Ketahuilah di dunia nyata dia sangat....cuek. Herannya lagi, aku menolaknya mentah-mentah namun dia tetap  keukeuh mendekatiku.

        Setelah dua kejadian itu, aku mengunjungi sebuah sekolah pinggiran dengan beberapa teman-teman SMPku. Anehnya sambutan di sana tak sehangat yang kubayangkan. Semua murid terlihat sinis terhadapku dan teman-temanku saat kami lewat. Tapi untunglah tidak dengan gurunya. Dan aku menganggap itu sebagai kemunafikkan.

        Saat aku dan beberapa temanku keluar dari areal sekolah itu kami menemukan perkampungan yang semakin jauh mata memandang, perkampungan itu menanjak seperti berada didekat daerah pergunungan. Kami terus berjalan. Saat sudah sampai di daerah atas dan akan keluar dari areal perkampungan pinggiran itu, kami dihalangi oleh beberapa orang lelaki yang membawa pedang. Mereka meminta barang-barang kami. Karena kami takut, kami serahkan semuanya. Belum cukup dengan itu mereka meminta sesuatu lagi...

        “Aku minta past tense!” Teriak salah satunya. Entah mengapa kami semua langsung berlari kabur. Namun dari arah belakang kami muncul orang-orang kampung yang ternyata sekongkol dengan mereka. Kami bingung, sudah tidak memikirkan teman, kami hanya memikirkan diri sendiri. Dari preman-preman tadi, mereka melempar tali yang sangat panjang, dan seperti hidup karena bisa tahu letak kami. Aku dan satu temanku terjerat tali tadi, yang lain berlari dangan ketakutan. Orang-orang kampung dan preman-preman itu melempar pedang dan menembaki kami dengan pistol laras pendek. Beberapa temanku tertancap pedang dan tewas seketika. Aku semakin ketakutan dan sedih. Aku menghindar sebisaku.

        Lagi-lagi mereka meminta hal yang sama “Kami minta past tense!”. Aku pun sebal. Yang benar saja, setahuku itu salah satu jenis tenses di bahasa Inggris, bagaimana kami memberikan itu. Dasar orang-orang pinggiran nggak jelas! Seketika tanpa ba-bi-bu aku mebalas kata-kata mereka “Kami hanya punya simple past!”. Tiba-tiba tali yang tadi mengikat kami dilepas oleh preman-preman itu. Karena tali itu yang bergerak sangat kencang dan jalanan yang menurun aku dan satu temanku yang masih selamat terhempas. Aku sepertinya akan menabrak dinding seng di bagian pinggir yang tajam itu. Aku membayangkan ajalku akan segera datang dan semuanya akan terasa sakit, aku sangat takut lalu aku memejamkan mata. Entah bagaimana ceritanya aku dan satu temanku itu bisa selamat dari semua itu.

       Kami berlari. Mencoba mencari pertolongan. Namun aku bingung harus mencari ke mana. Ke sekolah pinggiran tadi? Yang benar saja! Pertama kali  kami datang sambutannya saja sudah seperti ingin menerkam kami, mana mau mereka membantu dan melindungi kami dengan mengorbankan nyawa mereka! Kami berdua terus berlari, warga kampung muncul kembali dengan pedang, parang dan pistol. Tamatlah sudah kami! Mereka mulai menyerang kami. Kami berlari sambil terus menghindar. Aku tak tahu bagaimana nasib satu temanku tadi. Karena aku tak sempat memikirkan dia, yang kupikirkan sekarang hanyalah bagaimana caranya aku bisa lolos dari semua ini dengan selamat!

       Sampai di sekolah pinggiran tadi. Aku mencoba bersembunyi di sebuah kelas. Di sana ada seorang guru perempuan dan dua hingga tiga murid perempuan yang tak berkerudung. “Aku sembunyi di sini ya?” Kataku. Tanpa disangka-sangka salah satu murid berteriak memberitahu warga  bahwa ada aku di sini. Jelas saja aku langsung bangkit dan keluar kelas. Sebelum keluar kelas aku menatap murid yang berteriak tadi dengan tatapan bagaimana-kamu-tega-melakukan-ini dan kamu tahu? Dia menatapku dengan tatapan kemenangan. Aku sebal dan berlari keluar.

       Aku kebingungan berlari-lari mengitari sekolah itu untuk mencari pertolongan. Hingga suatu ketika kutemui gerombolan sekolahku berasal. Di sana ada kepsekku, beberapa guru-guruku, teman-teman satu sekolahku dan penghuni sekolah ini tentu saja. Seperti kunjungan pada umumnya, petinggi di sekolah tuan rumah menunjukkan beberapa Icon unggulan sekolah mereka dan semua tamu merasa terkesan. Aku berlari ke arah mereka. “Paaaaak, tolong saya paaaaak!” Teriakku. Seketika semua mata dari gerombolan itu menatapku. Termasuk kepsek. Aku langsung mencoba menyatu dengan gerombolan itu dan berharap mendapat perlindungan. Semua diam. Hening. Para warga pun menghentikan serangan mereka.

       Namun tak lama kemudian, mereka kembali menyerang kami. Satu pedang dilemparkan ke arah kami. Aku dan teman-temanku merunduk, dan akhirnya sang kepseklah yang terkena dan langsung roboh seketika. Mereka kembali menyerang dengan pedang secara beruntun. Satu persatu temanku roboh. Hingga tinggal segelintir termasuk aku, seorang teman cowokku dan adik-adik kelasku. Adik kelasku sudah pasti tak bisa diharapkan lagi, malah mereka yang harus kulindungi. Sebagai cowok tertua di gerombolan kami, teman cowokku itu merasa bertanggung jawab atas keselamatan kami. Dia maju dan merentangkan tangan. Aku dan adik-adik kelasku merunduk di belakangnya. Ya Allah selamatkan kami. Batinku.

       Para warga kembali menyerang dan sasaran kali ini adalah teman cowokku itu. Ketahuilah di dunia nyata dia sangat dekat denganku, bahkan sudah kuanggap seperti adik. Sekalipun dia lebih muda dariku, dia sangat berjiwa pelindung. Jadi tak heran jika saat ini dia mengumpankan dirinya untuk melindungi kami. SRIIIIIING, CEK! Pedang itu tepat menancap di dada teman cowokku itu. Dan aku herannya dia tak menghindar. Seperti mengikhlaskan dirinya untuk menyelamatkan kami. Dia roboh. Tidaaaak satu-satunya pelindungku telah roboh! Semua berteriak. Aku dan adik kelasku masih bergerombol. Para warga masih menyerang kami. Kami merunduk guna melindungi diri. Satu persatu anak di depanku roboh. Tinggal satu orang di depanku. Aku berlari mundur memajukan mereka. Bukannya egois, namun jika saat ini beranggapan bahwa harus menyelamatkan mereka dan mengorbankan nyawaku, itu akan sia-sia. Karena sepertinya mereka menyerang tanpa ampun. aku belajar dari kejadian yang baru saja menimpa teman cowokku tadi. Aku sangat salut dengannya.

      Setelah gerombolanku semakin sedikit, aku memutuskan untuk berlari lagi. Tak lama kemudian aku sampai di suatu sekolah setaraku, SMP. Sepertinya murid-murid di sana tak menyadari keberadaanku. Aku mencoba menyatu. Aku berkeliling mencoba mencari mungkin masih ada teman-temanku yang masih selamat dan akan kuajak mereka meninggalkan perkampungan gila ini secepatnya. Aku menemukan satu teman dan seperti rencana awal, aku langsung mengajaknya pergi. Namun tak disangka-sangka, kami ketahuan. Akhirnya sebelum kami keluar dari areal sekolah kami sudah diburu dengan murid-murid di sekolah ini. Namun kami tetap tak gentar. Kami melanjutkan perjalanan. Semakin lama, semakin banyak yang memburu. Lalu temanku akhirnya roboh. Dan aku memutuskan kembali ke areal sekolah itu. Aku nggak berani berjuang sendiri melawan orang-orang gila ini.

     Lagi-lagi di sekolah itu, aku menemukan satu teman dan masih sama dengan yang pertama, kami ingin pulang. Lalu kami berjuang menghindari semua serangan. Namun, lagi-lagi gagal! Aku mulai putus asa. Aku nggak tahu harus bagaimana. Lambat laun pasti mereka akan tahu aku ada diantara mereka dan mereka membunuhku dengan pedang mereka, namun jika aku terbunuh bagaimana dengan keluargaku? Aku nggak tega melihat mereka menangis.

    Di saat seperti ini, ketika istirahat aku menemukan Yani di kantin. Aku menyapanya dan mengajaknya keluar dari daerah ini. Dia mau namun sepertinya agak berat dan kurang suka dengan keputusanku. Namun aku tak menghiraukan itu.

    Keesokan harinya kami menjalankan rencana. Namun kami terhalang oleh seorang cowok asal sekolah itu yang dikenal dengan kePlay boy-annya dan sifat sok keBosannya. Dia menyukai Yani dan nggak mau Yani pergi dari sini sebelum dia menerima cintanya. Dia menahan Yani. Karena sebal dengan sikapnya yang menghalangi kami. Aku melepaskan tarikan tangannya dari Yani dan kami lari. Karena tak terima dengan perlakuanku dan sakit hati dengan Yani, dia memburu kami. Masih sama dengan kejadian pertama dan kedua, kami juga diburu dengan warga namun kali ini kami mendapat kendaraan. Tapi jika dipikir sama saja, malah bertambah susah. Karena yang mengejar kami juga memakai kendaraan dan keadaan jalanan yang menanjak membuat kami susah untuk bergerak menggunakan kendaraan ini.

     Hari pertama, sukses kami selamat. Hingga keesokan harinya kami akan melanjutkan perjalanan setelah sebelumnya kami berhenti di sebuah bangunan bekas sekolah. Sebelum melanjutkan perjalanan kami sarapan terlebih dahulu. Nah saat sarapan ini menjadi waktu terakhir aku bertemu dengan Yani. Ya tanpa diduga si cowok yang naksir dengan Yani menemukan kami, lalu dia dengan anak buahnya menyerang kami. Dengan pengalaman berkali-kali lolos dari serangan maut aku kembali selamat, namun tidak dengan Yani. Dia terkena satu serangan di dadanya dan langsung roboh ke belakang. Aku tak sampai hati melihat jasadnya. Tega benar cowok itu, seharusnya dia dapat berpikir, sekalipun tak bisa memiliki Yani biarkanlah dia selamat, dasar Bajingan! Begini ini aku merasa bersalah, seharusnya kemarin kubiarkan Yani menerima cinta cowok gila itu dan dengan begitu dia bisa menjaga kami dan kami berdua selamat aaaaah! Tapi ya sudahlah, semua sudah berlalu, aku masih harus berjuang demi nyawa dan keluargaku!

      Akhirnya aku memutuskan untuk pulang sendiri. Aku melawan habis-habisan para warga dan anak-anak sekolah pinggiran itu dengan tangan kosong, tanpa senjata. Aku berpikir betapa hebatnya aku. Di saat aku akan menang ternyata mereka menjebakku lalu mereka menyerahkanku ke polisi. Aku nggak salah atas semua ini, namun semua bukti mengarah kepadaku. Aku tak bisa apa-apa. “Ayo kamu harus ikut kami ke kantor polisi!” Kata salah satu bapak Polisi itu. Akhirnya aku menangis. Betapa beratnya cobaan yang sedang kuhadapai saat ini. Ya Allah aku hanya ingin bertemu keluargaku. Aku masih menangis. Berjuta tetesan air mata keputus-asaan mengalir deras dari mataku. Polisi itu pun tak tega denganku. “Pak hiks hiks boleh saja minta satu permintaan?” Kataku. “Baiklah, kamu minta apa?” Kata beliau. “Sa sa ya ingin bertemu mama, pak hiks hiks hiks” Aku berkata sambil masih menangis. Beliau mengangguk lalu membawaku masuk mobil. Sebelum aku masuk ke mobil polisi itu aku sempat mengirim satu sms untuk mama yang mengabarkan bahwa aku akan pulang dan aku sayang mama. Ketahuilah, yang keluargaku tahu saat ini aku sedang melakukan study tour ke salah satu sekolah pinggiran dengan sekolahku, tapi apa? Aku pulang dengan tuduhan yang bisa membuatku masuk penjara, mana mungkin aku bisa mengatakan semua ini kepada keluargaku terutama mama yang sudah membiayaiku untuk kegiatan ini?

     Saat sampai di rumah, aku turun dengan digiring polisi di sisi kanan dan kiriku. Mama dan anggota keluargaku yang lain keluar, aku langsung memeluk beliau, kemudian dilanjut memeluk keluargaku yang lain. Kami menangis. Aku pun tak menyangka kami bisa berkumpul lagi sekalipun nantinya aku harus mendekam di penjara. Dan salutnya lagi mama percaya bahwa aku sebenarnya tidak bersalah. Karena tak mau dipenjara akhirnya aku kabur. Kedua polisi itu pun mengejarku. Mama membantuku. Mereka menembaki kami. Dengan gagah beraninya aku dan mama menghindar. Satu polisi berhasil mama tangkap dan lumpuhkan, sedang polisi satunya lagi terus memojokkanku. Aku semakin terpojok, akhirnya aku memutuskan untuk maju mendekat  dan mengambil pistol polisi itu. Sial sebelum berhasil kurebut polisi itu menutup kode pemakaian pistol itu sehingga pistolnya tak dapat kugunakan lagi sebelum aku berhasil membuka kodenya. Aku masih berkutik dan mencoba menjebol kode itu. Kuputar-putar tombol yang ada dipegangan pistol itu namun tak berhasil juga.

    Tiba-tiba......”Tiaaaaaaa, kamu mau bangun jam berapaaaa?” Teriak mama dari luar kamarku. Aaaah sial aku terbangun tanpa sempat menembak polisi tadi!
                                                                      TAMAT

Lihatlah kepada Saya(ng)

L-O-V-E
         
       
            Maaf ganggu malam kalian yang tenang. Mau nunjukin sesuatu nih, agak curcol sih kayaknya. Tapi bermakna banget haha. Monggo...

            Terkadang untuk menyayangi seseorang kita memiliki batasan. Baik terhadap dirinya, orang-orang terdekatnya bahkan khalayak! Aku tak tahu, apakah sebuah hak untuk menyayangi pada dasarnya boleh dihalangi. Tapi aku tahu pasti tentang satu hal! Bahwa sebenarnya menyayangi seseorang adalah hak MUTLAK tiap manusia. Untuk pelanggaran-pelanggaran HAM tersebut sebenarnya tidak bisa ditoleransi, tapi tidak juga ada sanksi terhadapnya. Aku bingung mengapa Departemen Cinta tak pernah mengurus tentang hal tersebut. Apakah karena terlalu rumit? Atau apa juga karena terlalu sensitif untuk diperbincangkan? Entahlah tapi yang pasti aku menginginkan suatu kebijaksanaan atas HAM khusus ini. Dilihat dari berbagai sudut pandang, sebuah arti kata “sayang” memiliki banyak makna. Tetapi intinya tetap sama, yaitu suatu perasaan khusus untuk seseorang dari individu lain. Hubungan antar individu ini terkesan tidak membutuhkan suatu keformalan tapi pada kenyataannya suatu formalitas—atau yang biasa disebut status—merupakan hal yang sangat penting adanya.

Titik Pusat (Hati)?

             
Maaf jelek, yang penting maknanya bukan gambarnya, kan? ;)

                   Sederhana, apa kalian pernah merasa mata pemberian Tuhan yang serba guna ini selalu terpatok pada satu pusat yang tanpa kalian sadari sebenarnya kalian sedang berada pada dunia yang sangat ramai? Apa itu? Seandainya aku tahu jawabannya, mungkin sekarang aku tak terlihat seperti orang bodoh! Ya, terpatok pada satu pusat yang…indah, menarik dan seakan selalu kita tunggu seulas senyumnya atau se-Hertz gelombang suaranya. Bukan, ini bukan berlebihan, aku hanya bingung bagaimana cara menggambarkannya. Dalam sebuah foto dia terlihat begitu jelas dan sangat mudah tergambarkan—walau sebenarnya aslinya lebih baik. Tapi dalam kalimat, bagaimana aku melukiskannya? Sempurna? Tidak, kesempurnaan hanya milik Allah! Indah? Mungkin, tapi dia masih tak seindah pemandangan di Sentosa Beach, Singapura! Keren? Sepertinya, tapi masih tak lebih keren dari Zayn Malik 1 Direction. Tunggu! Aku…bicara apa? Aku tak pernah memandang semua sisi yang baru kusebutkan tadi! Yang aku tahu titik pusat itu selalu menarik perhatianku, membuatku dapat diam dalam waktu yang cukup lama dan membuatku berpikir, apakah selama ini dia merasa selama ini pada tiap harinya ada sepasang mata yang setia dalam diam melihatnya melakukan segala hal,  ada sebuah hati yang menunggu dalam ketidakpastian akan keindahan dalam bayangannya atau…ada seonmggok jantung yang selalu seperti habis mengelilingi sepuluh GOR ketika berada di dekatnya?! Aaah…semua ini tak cukup gila melukiskan keadaanku. Lebay? Ya terserah kalian, tapi inilah yang terjadi. Aku dan Mata Angkasaku akan tetap menulis dan berpikir tentang…titik pusat itu!
14:47

Sabtu, 15 Juni 2013

Sabtu, 08 Juni 2013

Bully (juga)

Pernah tidak kalian berpikir dalam kadar kesadaran tingkat tinggi, kesunyian yang menusuk jiwa dan kesendirian yang damai? Apa kalian berpikir jika pem-bully-an adalah sesuatu yang sangat merusak? Seseorang yang dibully akan selalu terbayang oleh kekurangannya sehingga tak pernah memandang dia memiliki sejuta kelebihan. Bahkan akan sangat terkejut bila seseorang mengaguminya. Seseorang dengan bully-an yang parah akan benar-benar merasa minder dan tak dibutuhkan dalam dunia sosial. Dia merasa hanya memiliki dunia mimpinya dan dunia persahabatannya. Dan aku sangat membenci hal seperti itu. Seakan dunia sangat jahat dan tak berperasaan, karena apa? Ya karena seorang anak manusia berperasaan dengan kelebihan yang belum diketahui di-bully habis-habisan!

Bully!

Hellooooooo, bullyer is SHIT! Apalagi jika si bullyer ini...serasa tak pernah berkaca. Dan mereka selalu menganggap apa yang mereka katakan tidak menyakiti orang lain. Jika si bullyer di atas kita sih nggak masalah, tapi jika...ya kalian tahu sendirilah. Aku tak habis berpikir dengan pem-bully-an. Karena kalian tahu, bahwa pem-bully-an bisa membuat seseorang menjadi minder. Korban bully-an rata-rata menganggap diri mereka tak memiliki satu kelebihan pun—ini terjadi pada pem-bully-an yang akut—dan selalu merasa mereka hanya memiliki setumpuk kekurangan. Padahal perlu kalian tahu setiap orang memiliki kelebihannya masing-masing! Dan perlu dibanggakan untuk para korban bully-an. Karena sesungguhnya kalian lebih diperhatikan dari orang lain. Ini fakta unik lho. Dan beberapa bullyer melakukan pem-bully-an karena mereka iri tentang apa yang para korban raih atau miliki!
                
           Misalkan saja pada kejadian kartinian tadi di sekolah. Semua anak berpakaian istimewa hari ini. Dan kalian tahu, untuk para cowok kalian semua terlihat kece dan keren, dan bagi para cewek yakin dan pedelah, karena hari ini kalian terlihat sangat anggun dan mempesona. Di sisi lain suatu peristiwa me-nye-bal-kan terjadi. seseorang mem-bully orang lain dalam keadaan istimewa ini dengan tidak melihat betapa dia juga tidaklah sempurna. Aku heran dengan orang ini, jika dia lebih dariku dan lebih dari orang lain yang dia bully sih itu no prob, tapi masalahnya dia tidak se-sem-pur-na itu! Mungkin celetukan kecil seperti “Hei bedakmu ketebalan” atau “Kebayamu sungguh berlebihan” itu sangat menyebalkan dan menyakitkan—bagi orang yang mempunyai perasaan. Kenapa? Heeei lihatlah hasil dandanan dan bangun pagi pukul 4 Subuh kalian hanyalah bully-an tek bermutu seperti itu! Menyebalkan bukan. Ini wajar terjadi pada wanita—apalagi yang tak pernah berdandan. Karena apa? Karena mereka berpikir, aku berusaha untuk cantik dan mengorbankan hal pentingku—tidur misal—namun kalian malah beranggapan seperti sampah tak bermutu!

               
               Bagaimana menurut kalian? Setuju denganku? Tidak? Itu hak kalian, tapi perlu kalian tahu bahwa apa yang kalian anggap tak penting atau hal sepele belum tentu hal itu juga tidak penting dan sepele untuk orang lain. Karena setiap orang memiliki pemikiran dan pendapat masing-masing. Apalagi untuk orang-orang yang berperasaan dan sedang diliputi banyak masalah. And for bullyer, you’re shit! Tahu kenapa? Karena pada dasarnya seseorang tidak ada yang SEMPURNA! Termasuk kalian, dan semoga pada saat yang tepat nanti semuanya terbalaskan J

Apa ini?!

Di saat seperti ini aku baru menyadari bahwa dunia memang benar-benar tak terbaca. Kalian bisa mencobanya, ini untuk orang-orang pemilik mata kurang sempurna—seperti aku. Ketika kalian berkeliling kota, memandang ramainya jalan raya, puluhan kendaraan bermotor lalu lalang, kalian menyadari satu hal. Semuanya buram tanpa kacamata! Seperti itulah hidup. Buram, tak terbaca dan tak jelas. Tapi ketahuilah, di waktu kalian penuh dengan masalah dan emosi sebenarnya yang dibutuhkan adalah keramaian. Coba saja tenggelamkan diri kalian dalam keramaian. Memperhatikan apa yang orang lain kerjakan, memandang indah ciptaan Tuhan, itu lebih baik daripada menangis sendiri dalam kamar.

                
           Aku tersenyum ketir ketika melihat bulan di awan hitam menertawaiku. Seakan dia mengejekku, “Bodoh kali kau! Hidup selalu mempermainkan kau, kenapa kau musti membuat serius hidup?”. Di sinilah aku tersadar dan bangga akan sisi berwarnaku. Aku tak pernah bisa benar-benar dibuat menangis oleh orang-orang penghempas mimpiku! Tapi kemudian aku berpikir kembali, sesuatu—apapun itu—selalu dan pasti memiliki dua sisi. Dan aku teringat akan sisi gelapku, yaitu ketika dihadapkan pada suatu masalah jarang sekali bisa berpikir positif dan selalu pesimis. Akankah para perusak mimpi—manusia—merubahnya? Atau Sang Pemberi Mimpi yang merubah?

Ceritaku?

           Kenapa kalian tak pernah berpikir tentang keindahan matahari yang tenggelam. Yang kalian pikirkan hanyalah kekecewaan karena suatu hal yang belum tuntas selesai tapi hari ini telah berakhir. Ketahuilah tiap hal memiliki keindahannya. Sisi ini, sisi itu. Hanya tergantung dari mana saja kalian memandangnya. Dan tiap permasalahan tidak bisa selalu dipandang dari satu sisi saja, karena...tiap orang memiliki pendapat dan pemikirannya sendiri (lagi).

           Dan kalian tahu mengapa aku selalu seperti ini? Maksudku aku selalu hanya memberi gambaran bukan berbicara secara to the point terhadap apa yang sedang kuhadapi dan kurasakan? Karena kupikir suatu perasaan itu berharga—jangan berpikir macam-macam dengan yang ini—dan cara penyampaiannya pun harus spesial. Dan menurutku cara penyampaian yang spesial adalah yang seperti ini. Kata kiasan indah, menyambungkan dengan keadaan alam yang selalu penuh keajaiban dan keadaan sosial yang tak terjamah. Karena suatu tulisan itu sebenarnya sebuah misteri untuk pembaca. Secara tak langsung sang penulis selalu menyelipkan nilai-nilai tersembunyi dari tulisannya dan yang bisa menemukan hanya orang-orang yang berpikir dalam. Dengan kata lain, sebuah tulisan selalu memiliki makna tersirat. Dan terkadang—tapi jika untukku itu selalu—makna tersirat itu dalam rasanya bagi si penulis sehingga pemberitahuannya kepada dunia luas harus hanya tentang ‘gambaran’nya. Oh ya, bagi sebagian penulis misteri dan teka-teki itu menarik dan dia juga terkadang ingin memberikan sebuah kesan menarik untuk para pembaca dengan tulisannya. Dan jalur kiasan adalah jalur yang paling tepat menurutku. Ini ceritaku, mana cerita kalian? Haha.