Jumat, 25 Juli 2014

Kisah Anggrek

                Pernah ngerasa bahwa tempat sandaran kalian biasanya adalah tempat paling berbahaya untuk permasalahan kalian? Mungkin itu yang sedang dirasakan oleh salah seorang temen gue. Sebut saja Anggrek. Kenapa gue pakai nama “Anggrek”, karena nama “Mawar” atau “Melati” dalam suatu kisah yang pemeran utamanya disensor itu udah terlalu mainstream, makanya gue pilih Anggrek buahaha. Udah deh langsung aja ke kisah ini. Cekibrooot….!
               
               “30 Oktober 2013, mungkin itu perubah segalanya. Seseorang dengan tegas memilih untuk pergi. Yaa jika saja kami punya ikatan mungkin bisa aku halangi, sayangnya tidak. Aku masih mengingat jelas saat itu. Saat di mana seorang remaja perempuan yang biasanya sangat tangguh berubah menjadi leburan timah panas meleleh ke segala penjuru arah. Sangat lemah! Lembek! Dan seperti tak punya tujuan. Namun panas, dan berapi menahan segala sesak di dada. Aah…sudahlah lupakan!

                Beberapa setelah hari “perubahan” itu aku menjadi seperti tanpa pegangan. Memang tak terpancar dari wajahku, tapi sahabat manapun yang aku miliki tahu itu. Hingga suatu ketika saat semua kejadian telah terlupakan, aku merasa sangat kesepian. Dan terlontar dari mulutku,”Hidup kok flat banget, nggak ada rasanya!” kalimat itu adalah awal dari semua cerita ini yang…benar-benar aku kutuk!

                Secara tiba-tiba permasalahan datang dari segala penjuru arah. Di mulai dari orang-orang yang paling dekat denganku seperti keluarga, sahabat dan guru-guruku hingga yang tak pernah kukenal. Ini seperti akhir dari segalanya, aiiish aku benar-benar mengutuk diriku!

                Memang bencana-bencana itu tak berjalan seberapa lama, tapi untuk kurun waktu 3 bulan penyelesaiannya sungguh tanpa terduga. Semua memang tak kembali seperti semula, tapi…berubah menjadi lebih baik. Di sini aku menemukan, ketulusan dan persahabatan berpamrih, pemanfaatan kelebihan tak berprasaan, seorang penghempas harapan, sumber ilmu yang membenciku dan masih banyak lagi.

                Hingga….saat ini. Aku menemukan masalah baru! Aku kembali jatuh cinta. Tidak, ini bukan jatuh cinta biasa. Aku jatuh cinta pada seseorang yang seharusnya tidak untuk dicintai lebih dari yang saat ini terjadi. Ya, dia sahabatku. Yang sudah kuanggap sebagai saudara sendiri. Entah virus apa yang menjalariku, tapi ini benar-benar tak boleh diteruskan. Aku membayangkan semua akan berubah dan rusak. Aku tak rela persahabatan selama 3 tahun yang telah kujaga rusak begitu saja karena urusan cinta monyet tak bermutu ini.

                Tapi ketahuilah, sisi lain dalam diriku mengatakan,”Cinta itu terlalu indah untuk dihalangi kehadirannya, mengapa mesti dihapus?”. Ketika itu pula aku goyah. Aku juga manusia biasa, bukan hanya seorang yang mereka anggap sebagai pemimpin. Aku pun butuh seseorang yang seharusnya mewarnai semuanya dan aku juga….iri pada mereka yang telah memiliki semua itu!

                Seperti biasanya, jika merasakan apapun aku harus mengatakannya pada seseorang. Tapi kali ini? Aku sungguh sangat bingung. Kepada siapa aku harus menceritakan semua perasaan aneh ini? Yang kubutuhkan saat ini adalah sosok pendengar yang baik, bukan penceramah yang sok ahli dalam cinta dan persahabatan. Untung saja aku jeli dalam melihat sosok teman-teman sekelasku, hingga kutemukan seseorang bernama Putri. Dan dialah yang menjadi pendengar kisahku dengan….”sahabatku” itu.

                Cerita kembali mulai. Sosok itu mulai membuatku gusar. Aku lebih baik kembali pada seorang perubah pada tanggal 30 Oktober lalu daripada harus jatuh cinta pada sahabatku. Terlihat mudah memang, tapi kalian tak pernah tahu perjalananku bersama sang pengubah gila itu. Entah dari sisi manapun yang kalian lihat, kalian akan mengatakanku sebagai seseorang yang….benar-benar bodoh!

                Jika menahan itu mudah, mungkin tak ada orang yang jerawatan, kebelet pup pada saat pelajaran Sejarah berlangsung, atau bahkan…tak ada cabe-cabean galau di malam minggu penuh duka haha. Sayangnya ini lebih mengenaskan dari semua itu. Mengapa harus ada move on? Dan kenapa tujuan dari move on itu sendiri malah berakhir bukan pada tujuan yang tepat? Siapa yang salah? Dan….mengapa hati begitu tak bisa dikendalikan? This world is hell!”


                Sekian curcolan dari seseorang bernama “Anggrek”. Sampai saat ini dia masih berkubang pada hati njelimetnya itu. Dan dia sedang butuh penolong!