Selasa, 25 Juli 2017

Aku CUMA Marah.

Aku cuma marah. Aku bukan pencipta segala ide yg ada di muka bumi ini. Aku cuma marah. Kenapa plagiator dg mudahnya memakai tanpa malu dan mengakui ideku? Aku cuma marah. Kok dunia sebegini unfairnya?
Mewakili orang-orang yg "tak bernama" di masyarakat, yg dianggap "tenggelam" krn mereka minoritas. Ide itu mahal. Maka jgn heran klo yg mencetuskannya marah ketika ada yg mengakui. Tak perlu hal2 besar yg dpt dihasilkan dr sebuah ide, krn semua jg bermula dr hal kecil. Aku marah! Aku yg membuat tetapi kenapa orang lain yg dapat sanjungan. Memang di jaman sekarang ide tak ada yg 100% murni krn pasti dihasilkan dr pemikiran2 terdahulu, hei ya tapi punya otak gak?! Punya hati gak?! Eh lupa plagiat mah kagak punya semuanya, klo punya kan gak jadi plagiator ehehehe
Aku pernah menciptakan suatu sistem dan berhasil, mereka berjalan dg cukup baik dan membuat cukup perubahan yg signifikan. Tujuanku saat itu ada 2 memajukan daerahku yg katanya "ndeso" dan "tertinggal" (padahal UMR di kotaku termasuk yg tertinggi di Jawa Timur, belum lagi harga segala hal disini yg sangat mahal, juga anak2 dari daerahku sekalipun dr kota kecil dapat membuat anak2 dr sekolah unggulan kota2 besar merinding krn predikat kami). Dan yg kedua aku ingin "melangkah" ke tingkatan yg lbh tinggi dan ini adalah batu loncatannya. Sayang, orang2 hanya melihat dan mencatat popularitas. Aku mendapat pencapaian yg tinggi dlm hal tsb tp di periode selanjutnya namaku hilang. TAK terlihat. HAHA posisi yg aku kejar, diduduki oleh orang yg tak punya pengalaman di bidang itu dan dg tanpa sungkannya dia meminta bantuanku utk mendongkrak dan mensupport jabatannya saat itu. HELL YEAH! Orang bodoh mana yg mau bekerja di bawah nama orang lain? Maaf2 aja, jeng. Dan lucunya dia memakai sistem yg aku buat dahulu krn terbukti suksesnya. DOUBLE HELL YEAH!!!! Aku cuma marah. Bagaimana bisa orang punya attitude serendah itu terpilih? Aku cuma marah. Bagaimana bisa namaku terlupakan? Apa aku harus mendaftarkan sistem buatanku ke hak paten sebagai penemuan yg dilindungi? Sudah, aku lelah, bye!

Nb: Bagi siapapun, yg berada di sebuah "wadah pengembangan softskill" tolong, popularitas akan masih kalah dengan pengalaman! Camkan itu! :)))

Jumat, 05 Agustus 2016

Alam Menjawab Kematian Hati



                Di sebuah taman kota yang luas. Awan hitam kemerahan pada malam ini, pertanda mendung yang pekat. Dia hening, padahal sekitarnya berjubel puluhan orang. Mulai dari kumpulan keluarga-keluarga bahagia hingga muda-mudi yang…. (kalian tahu apa yang kumaksud, karena mungkin kalian salah satu di antara mereka haha *ups). Hening, seolah memiliki dunia sendiri. Dia, sekarang sedang berjalan menuju tempat duduk di salah satu bangku kosong taman yang di depannya berjajar aneka panganan yang juga tak menarik minatnya sama sekali. Self talk, itulah tujuannya datang ke keramaian.
Dia          : *duduk* Apakah hidup sesulit ini?
Hatinya    : Baru 17 tahun 363 hari kau hidup, sudah mengeluh. Tak pernah kau tanyakan yang telah
                  hidup 70 tahun?
Dia          : Tak pernah, hidupku pun kurasa telah sukar. Tak perlu menambahkan beban orang lain di
                  di pundakku.
Hatinya    : Begitu? Apakah empatimu telah hilang?
Dia          : Bukan, bukan empati yang hilang. Hanya…kurasa…kau semakin mengeras
Hatinya    : Ya, kami mencoba bertahan untukmu
Dia          : Aku kembali jatuh cinta
Hatinya    : Hentikan! Apa kau bercanda?
Dia          : Datang malam Sabtu begini sendirian di tengah keramaian dan masih kau bilang aku bercanda?
Hatinya    : Haha aku hanya memastikan. Boleh aku memberi nasehat?
Dia          : Tentu
Hatinya    : Kami lelah bertahan untukmu, tapi salah jika kami berhenti. Maka jangan jatuh cinta dulu
Dia          : Kenapa? Bukankah itu suatu yang wajar bagi seorang remaja?
Hatinya    : Untuk saat ini, istirahatkan kami. Perjalanan  2 tahun ini sangat melelahkan. Tempaan di mana
                  -mana
Dia          : Aku tahu
Hatinya    : Mimpimu terlalu besar hanya untuk berpura-pura di depan mereka
Dia          : Lucu!
Hatinya    : Aku tak sedang membuat lelucon
Dia          : Bukan, bukan kau. Tapi aku
Hatinya    : Mengapa?
Dia          : Aku dalam waktu 1 bulan ini berubah menjadi seseorang yang lain. Tak berhati, tapi merasakan
  jatuh cinta. Tak berempati, tapi bisa merasakan kesakitan. Seaneh inikah hidup menuju 18?
Hatinya   : Haha alurmu sungguh luar biasa, jadilah sang pemilik sementara kami yang bijak
Dia         : Akan kucoba. Belum selesai, tunggu
Hatinya   : Apalagi?
Dia         : Bisakah kau bertahan untukku sekali lagi?
Hatinya   : Imbalannya?
Dia         : Tak ada, aku tak punya apapun untukmu. Kecuali jika takdir berkata “bahagia”
Hatinya   : Terserah kau saja
                Sadar dari “self talk”-nya, dia memandang sekitar. Kemudian mengernyitkan kening melihat sisi kirinya. Dilihatnya seseorang lelaki dengan baju kumal sedang lahap memakan Tahu Tek. Seumuran, tapi terlihat lebih tua.
Dia         : Siapa kau?
Lelaki     : Manusia *makan dengan rakus*
Dia         : Sejak kapan kau di sini?
Lelaki     : Aku tak punya uang berlebih untuk membeli jam, makan saja sudah susah
Dia         : Astaga
                Kemudian,”dia” melihat karung bawaan lelaki itu yang berada tak jauh dari tempat lelaki itu duduk.
Dia          : Itu…karung apa?
Lelaki      : Apa kau tak pernah melihat pemulung di rumahmu? *meletakkan piringnya di kursi taman
Dia          : Emm…bukan...itu…
Lelaki      : Aku lapar, aku hanya ingin makan. Jangan ganggu aku *dengan nada memelas yang tegas dan
meneruskan makan malamnya*
Dia          : *hanya melihat dengan wajah bingung
                Belum selesai makan sang lelaki membanting piringnya di bangku taman.
Lelaki      : Kupikir kau ini berpendidikan! Apa yang salah dari penampilanku? Hah?! *nada marah*
Dia          : Eh anu, maaf tidak bermaksud. Aku hanya…tersadar sesuatu
Lelaki      : Aku tak peduli dengan kesadaranmu! Aku marah. Sudah malas makan! Sekarang kau bayarkan
                makananku! *berdiri dan men gambil karungnya lalu pergi
Dia          : *hanya melongo lalu tertawa* Terima kasih! *berteriak kepada lelaki itu*
Hatinya    : Tolong katakan padaku bahwa kau lebih mengenaskan disbanding lelaki tadi
Dia          : Tidak! Aku merasa sangat beruntung. Terima kasih telah mendatangkannya padaku
                *tersenyum lalu membayar makanan lelaki tadi

Jumat, 11 Maret 2016

Why?

Keluar-masuknya orang-orang dalam hidupmu, membolak-balikkan hatimu, mengguncang prinsipmu, juga mengubah cara pandangmu. Aish dunia! 😭😒


Tunggu! Bukankah hidup memang seperti itu? Melihat fenomena ➡ muncul ide ➡ merasa pintar dan benar➡ realitas terbuka➡ keraguan➡ mengubah cara pandang➡ berkembang! Yep, inilah hidup! Hanya stuck pada suatu keadaan? Hanya membuatmu seperti meminta mati, don't you?
Haha terima kasih atas semua realitas ini, dunia! 😁 

Senin, 27 Oktober 2014

Tertawakan Hidup!

                Jika kau bertanya apa yang wajib untuk kita tertawakan, maka jawabannya adalah hidup. Sandiwaranya, alurnya dan ceritanya begitu apik. Menempa orang menjadi ‘seseorang’, menghempas ‘seseorang’ menjadi orang. Langit tak melulu harus biru, oranye apalagi merah jambu. Terkadang kita perlu abu-abu. Dia itu pelengkap, seandainya kau lupa tentang tanah dan kulitmu. Naik itu tak harus menjatuhkan orang lain, berpindah pun tak harus menyingkirkan orang lain. Jika kau merasa dipermainkan oleh hidup, sesekali harus kau coba masa bodoh dengan mereka. Ini benar! Coba saja sehari tak memikirkan masalah hidup, kau akan terasa bebas! Tidak ada deadline tugas yang mengejar, bayangan guru killer memakanmu hidup-hidup, bayangan kepala sekolahmu yang selalu menyempritkan peluit kesayangannya selayak kita hanya segerombol sapi peliharaan. Kau akan tahu rasanya dunia begitu indah buahaha. Tapi sayangnya, tak semudah itu mengubah mindset tentang kehidupan yang serba menjebak, menjatuhkan dan melelahkan. Tapi tak ada salahnya jika dicoba, bukan? Kau pasti akan lebih tergiur merasakan kebebasan sehari daripada keterkekangan 18 tahun, bukan? Hahaha

Mata Angkasa


27/10/2014
Hihihihi

Jumat, 25 Juli 2014

Kisah Anggrek

                Pernah ngerasa bahwa tempat sandaran kalian biasanya adalah tempat paling berbahaya untuk permasalahan kalian? Mungkin itu yang sedang dirasakan oleh salah seorang temen gue. Sebut saja Anggrek. Kenapa gue pakai nama “Anggrek”, karena nama “Mawar” atau “Melati” dalam suatu kisah yang pemeran utamanya disensor itu udah terlalu mainstream, makanya gue pilih Anggrek buahaha. Udah deh langsung aja ke kisah ini. Cekibrooot….!
               
               “30 Oktober 2013, mungkin itu perubah segalanya. Seseorang dengan tegas memilih untuk pergi. Yaa jika saja kami punya ikatan mungkin bisa aku halangi, sayangnya tidak. Aku masih mengingat jelas saat itu. Saat di mana seorang remaja perempuan yang biasanya sangat tangguh berubah menjadi leburan timah panas meleleh ke segala penjuru arah. Sangat lemah! Lembek! Dan seperti tak punya tujuan. Namun panas, dan berapi menahan segala sesak di dada. Aah…sudahlah lupakan!

                Beberapa setelah hari “perubahan” itu aku menjadi seperti tanpa pegangan. Memang tak terpancar dari wajahku, tapi sahabat manapun yang aku miliki tahu itu. Hingga suatu ketika saat semua kejadian telah terlupakan, aku merasa sangat kesepian. Dan terlontar dari mulutku,”Hidup kok flat banget, nggak ada rasanya!” kalimat itu adalah awal dari semua cerita ini yang…benar-benar aku kutuk!

                Secara tiba-tiba permasalahan datang dari segala penjuru arah. Di mulai dari orang-orang yang paling dekat denganku seperti keluarga, sahabat dan guru-guruku hingga yang tak pernah kukenal. Ini seperti akhir dari segalanya, aiiish aku benar-benar mengutuk diriku!

                Memang bencana-bencana itu tak berjalan seberapa lama, tapi untuk kurun waktu 3 bulan penyelesaiannya sungguh tanpa terduga. Semua memang tak kembali seperti semula, tapi…berubah menjadi lebih baik. Di sini aku menemukan, ketulusan dan persahabatan berpamrih, pemanfaatan kelebihan tak berprasaan, seorang penghempas harapan, sumber ilmu yang membenciku dan masih banyak lagi.

                Hingga….saat ini. Aku menemukan masalah baru! Aku kembali jatuh cinta. Tidak, ini bukan jatuh cinta biasa. Aku jatuh cinta pada seseorang yang seharusnya tidak untuk dicintai lebih dari yang saat ini terjadi. Ya, dia sahabatku. Yang sudah kuanggap sebagai saudara sendiri. Entah virus apa yang menjalariku, tapi ini benar-benar tak boleh diteruskan. Aku membayangkan semua akan berubah dan rusak. Aku tak rela persahabatan selama 3 tahun yang telah kujaga rusak begitu saja karena urusan cinta monyet tak bermutu ini.

                Tapi ketahuilah, sisi lain dalam diriku mengatakan,”Cinta itu terlalu indah untuk dihalangi kehadirannya, mengapa mesti dihapus?”. Ketika itu pula aku goyah. Aku juga manusia biasa, bukan hanya seorang yang mereka anggap sebagai pemimpin. Aku pun butuh seseorang yang seharusnya mewarnai semuanya dan aku juga….iri pada mereka yang telah memiliki semua itu!

                Seperti biasanya, jika merasakan apapun aku harus mengatakannya pada seseorang. Tapi kali ini? Aku sungguh sangat bingung. Kepada siapa aku harus menceritakan semua perasaan aneh ini? Yang kubutuhkan saat ini adalah sosok pendengar yang baik, bukan penceramah yang sok ahli dalam cinta dan persahabatan. Untung saja aku jeli dalam melihat sosok teman-teman sekelasku, hingga kutemukan seseorang bernama Putri. Dan dialah yang menjadi pendengar kisahku dengan….”sahabatku” itu.

                Cerita kembali mulai. Sosok itu mulai membuatku gusar. Aku lebih baik kembali pada seorang perubah pada tanggal 30 Oktober lalu daripada harus jatuh cinta pada sahabatku. Terlihat mudah memang, tapi kalian tak pernah tahu perjalananku bersama sang pengubah gila itu. Entah dari sisi manapun yang kalian lihat, kalian akan mengatakanku sebagai seseorang yang….benar-benar bodoh!

                Jika menahan itu mudah, mungkin tak ada orang yang jerawatan, kebelet pup pada saat pelajaran Sejarah berlangsung, atau bahkan…tak ada cabe-cabean galau di malam minggu penuh duka haha. Sayangnya ini lebih mengenaskan dari semua itu. Mengapa harus ada move on? Dan kenapa tujuan dari move on itu sendiri malah berakhir bukan pada tujuan yang tepat? Siapa yang salah? Dan….mengapa hati begitu tak bisa dikendalikan? This world is hell!”


                Sekian curcolan dari seseorang bernama “Anggrek”. Sampai saat ini dia masih berkubang pada hati njelimetnya itu. Dan dia sedang butuh penolong!

Selasa, 10 Juni 2014

Titik yang Telah Pudar



               Karena pada dasarnya kebahagiaan itu dicari bukan ditunggu. Jika pada satu titik kalian tidak mendapatkan kebahagian, pergilah ke titik-titik lain. Karena yakinlah banyak titik di dunia yang dapat kalian jadikan kebahagiaan. Dan juga ingatlah, jangan pernah hanya terfokus pada satu titik. Karena bisa jadi titik fokus itu bukan merupakan titik kebahagiaan kalian. Bukan, aku bukan mengatakan boleh selalu berpindah, hanya saja menutup diri terhadap titik-titik baru dari dunia itu seperti keegoisan diri.
                
               Awan biru dengan pusat sebuah cahaya bundar. Nyata adanya, terbayangkan bahwa “titik kebahagiaan” salah satunya adalah sumber dari cahaya itu. Bercahaya memendar ke seluruh penjuru dunia seperti selalu ramah, berbagi tanpa pandang bulu. Seolah ras, suku, bangsa dan agama bukan batasan. Seharusnya seperti itulah kalian. Membagi diri menjadi kebahagiaan, bukan menunggu kebahagiaan yang tak ada jeluntrungnya.

                Mata itu pulang, seolah manyapa,”Hai, apakah kau merindukanku?”. Ingin sekali seseorang yang disapa itu mangatakan juga,”Ya, aku benar-benar merindukanmu,”. Tapi yakinlah salah satu “titik kebahagiaan”, dunia sekarang tak semudah itu. Seperti sekat emas yang telah terbicarakan, sekarang sekat itu benar-benar berdiri di antara gemuruh yang nyata. Ketika “titik kebahagiaan”mu bukanlah aku, sadarilah bahwa kau memang benar terlampau egois. Menutup diri dari titik-titik baru. Tidak bisakah rasionalismemu digunakan? Karena apa yang kau yakini, itulah yang akan terjadi. Aaah menghayal terlampau jauh ke belakang. Aku seharusnya sudah mengerti, bahwa titik kebahagiaan”ku itu memanglah…telah pudar.

7:30 PM. 10/06/2014
Tertanda,
Mata Angkasa



    Hihihi

Senin, 12 Mei 2014

Fantasi Keegoisan

        Seseorang sedang berbicara dengan hatinya, dan ini adalah percakapan mereka...
Orang : Selamat siang *memelas*
Hati  : Hallo, lama tak menyapaku. *senyum* Ada apa?
Orang : Hidupku...masalah lagi.
Hati  : Selalu saja, aaah...tak ada yang patut disalahkan. Itu garis hidup.
Orang : Mudah memang jika hanya berkata.  *menggerutu*
Hati  : Hahaha...baiklah baiklah. Ceritakan padaku.
Orang : Apa yang kau pikirkan jika mendengar kalimat dipandang sebelah mata?
Hati  : Seperti ini? *menutup mata sebelah kanannya dengan tangannya*
Orang : Aah...aku sedang tak ingin bercanda.
Hati  : Kau kira aku bercanda? *mengerutkan kening agak sebal*
Orang : Jelaslah, kau menjawab pertenyaanku seperti itu!
Hati  : Memang kau ingin aku menjawab seperti apa? Kalimat bijak tak berujung yang setara dengan 2 novel terjemahan? Aku sudah bosan
        berceramah kepadamu.
Orang : Haha...baiklah, jelaskan padaku tentang maksudmu.
Hati  : Kau paham pandangan orang tentang sebelah kiri, bukan?
Orang : Ya, tentu. Kiri itu buruk.
Hati  : Dan...
Orang : Kanan itu baik. Anak TK dan orang di panti jompopun mengerti itu.
Hati  : Cerdas! Yang aku pertanyakan mengapa kau tak bertanya "Mengapa harus mata kanan yang aku tutup, bukan mata sebelah kiri?"?
Orang : Memang kenapa? Bukankah itu hanya lelucon? Aku tak seberapa memermasalahkannya.
Hati  : Aah...kau kembali bodoh! Ini serius!
Orang : Hahaha baiklah, jelaskan Yang Mulia
Hati  : Aaah terserah kau sajalah. Jadi begini, "dipandang sebelah mata" identik dengan "pandangan orang yang negatif terhadap seseorang" atau
        objek permasalahan. Jika aku menutup mata sebelah kiri, artinya...
Orang : Hanya kebaikan yang mereka lihat terhdap orang itu? Sedangkan "dipandang sebelah mata" itu cocok dengan menutup mata sebelah
         kanan, karena hanya kejelekan yang bisa mereka lihat?
Hati  : Ya! Kau rupanya kembali cerdas haha
Orang : Orang bodoh tak selamanya ingin menjadi bodoh, hati *sok*
Hati  : Ya, benar juga. Mereka berbuat seperti itu karena mereka belum mengenalmu atau belum berusaha mengelnamu. Lantas apa yang salah
        dengan mereka. Ini hanya masalah waktu dan kedekatan.
Orang : Ya, bicara memang selalu mudah. Pertanyaan keduaku, apa yang akan kau lakukan jika kau dipandang sebelah mata?
Hati  : Ya tentu membuktikan kepada mereka jika itu tidaklah benar.
Orang : Kau tahu aku orang yang mudah terpengaruh dengan emosi. Pemikiran macam itu tak pernah terlintas dalam otakku.
Hati  : Jadi...apa yang kau lakukan?
Orang : Aku akan tetap menunjukkan bahkan membuka semuanya sisi yang sedang mereka lihat.
Hati  : Hei hei tenangkan dirimu!
Orang : Ini mungkin masalah logika yang terperangkap dalam perasaan. Tapi ketahuilah, aku sangat membenci orang munafik. Dan ini caraku
         menunjukkan kemarahan.
Hati  : Kendalikan dirimu, itu pemikiran yang benar-benar tak logis.
Orang : Terserah katamu, tapi ketidak-logisan ini membuatku berbeda. Aku memunyai cara sendiri untuk menyatakan hatiku dalam sikap dan
         perilaku. Tapi ini juga sisi egoisku. Aku hanya akan menunjukkan kepada mereka tentang apa yang mau mereka lihat. Jika mereka tak
         ingin melihat dan mengenal sisi baikku biarlah itu tersimpan rapi, jauh dan tak tersentuh oleh mata mereka.
Hati  : Apa maksudmu? Kau seperti orang yang benar-benar pesimis!
Orang : 17 tahun kau bersamaku, dan...kau tahu itulah aku.
Hati  : Tapi apa tujuanmu?
Orang : Agar mereka tak mengulang kesalahan yang sama. Sederhana, bukan?
Hati  : Kau terlalu gila, bagaimana mereka bisa tahu jika kau menyembunyikan sisi emasmu, sedang yang menjadi perhatian mereka hanya sisi
         sampahmu?
Orang : Sekali lagi, aku memunyai cara untuk menyatakan hatiku dalam sikap dan perilaku.
Hati  : Baiklah, lantas selanjutnya?
Orang : Setelah mereka benar-benar tak mengenal dan menyentuh sisi emasku, suatu saat pasti akan benar-benar terbuka. Aku yakin itu. Saat
          itulah mereka menyadari, mereka salah menilaiku.
Hati  : Lantas?
Orang : Mereka pasti akan menyesal, bukan? Nah, aku menggunakan sisi penyesalan mereka dengan secara tak langsung menjadikan mereka
         orang yang berpikiran terbuka dan mencoba memandang siapapun dari segala sisi.
Hati  : Ide menarik, tapi terlalu beresiko. Kau harus menguatkan hatimu. Langkah yang kau ambil bukan sabar kemudian ikhlas, tapi ikhlas
         dilanjut dengan sabar. Kau hebat!
Orang : Aaah...Aku tak sehebat itu, aku hanya manusia yang mendahulukan keegoisan dan anti mainstream wkwk
Hati  : Tentu aku percaya padamu haha. Selamat tidur dadaaaah
    Selesai bercakap-cakap dengan hatinya, dia mulai mengantuk dan kemudian tak lama tertidur. Pulas, ditemani mimpi yang menyenangkan. Jika arti hidup dan warna-warni dramanya menyusahkanmu, biarkan fantasi keegoisan mengembara dan menemukan sisi pemikiran yang unik. Percayalah cara yang berbeda membuatmu juga berbeda ;)

10:28
12/5/2014

Tertanda,


Mata Angkasa hihihi