Kamis, 21 November 2013

The Worst



                Bisakah kita berhenti pada satu pijakan dengan jalan lurus tanpa rintangan? Tertawa setiap hari dengan orang-orang terkasih, memperoleh kado yang berisi novel-novel terbaru dari penulis favorit, tidak ada konflik, pertengkaran dan pertentangan, bisakah? That’s impossible! Bahkan perlu kalian tahu sekedar berharap tidak bertemu dengan orang yang sangat-sangat ingin kalian hindaripun itu sulit. Tuhan selalu menjawab keinginan kalian dengan,”Maaf Aku tetap harus mempertemukan kalian dengan caraKu,”. Lalu apakah Tuhan tidak melihat usaha kalian? Perasaan kalian? Bahkan emosi yang sangat tertahan—entah perasaan geram, dongkol ataupun sedih—ketika kalian melihat orang tersebut? Itu permasalahannya, maaf jika aku cenderung menyalahkan Tuhan. Pada dasarnya aku hanya geram karena tak tahu apa rencana-Nya yang selanjutnya. Percayalah bertemu dengan seseorang yang seharusnya sudah lenyap dari hidup kita itu rasanya seperti….luka bakar yang disiram perasan jeruk nipis! Tidak tahu rasanya? Coba bakar tangan kalian dan siram dengan air jeruk nipis! Seperti itulah rasanya. Lebay dan alay? Ini pendapatku, kalian dengarkan atau tidak…itu pilihan J. Sebal karena satu tali nyata yang tidak dapat terputus tetap tersambung. Bukan, bukan status spesial dan lainnya. Tapi sesuatu yang lebih sulit untuk dijelaskan namun juga menyiksa. Adil nggak sih, ketika kalian tak tahu apa-apa tentang seseorang, tapi orang itu tahu segalanya tentang kalian? Dan ketika suatu pemikiran tentang hal aneh di dunia yang belum sempat terucap sama persis seperti apa yang diucapkan dengan orang itu? Itu bencana! Kalian pikir setiap ikatan itu bernilai positif, bukan? Ini adalah salah dua bukti bahwa ikatan tidak selalu menyenangkan!

Sabtu, 09 November 2013

Kolaborasi Hujan, Guntur dan Guruh dalam Omen#3


Judul                : Omen#3 : Misteri Organisasi Rahasia The Judges
Penulis             : Lexie Xu
Penerbit           : PT. Gramedia Pustaka Utama
Tahun              : Oktober 2013
Tebal               : 312 halaman

                                                                 Sumber:https://www.facebook.com/lexiexu.thewriter

            Lexie Xu adalah penulis kisah-kisah bergenre misteri dan thriller. Seorang Sherlockian, penggemar sutradara J. J Abrahams, sangat menyukai serial televisi Alias, dan fanatik dengan angka 47. Mempunyai dewa inspirasi atau Muse, F4/JVKV. Saat ini Lexie Xu tinggal di Bandung bersama anaknya, Alexis Maxwell.
            
            Sejauh ini karyanya yang sudah beredar di pasaran adalah Omen Series (Omen dan Omen#2: Tujuh Lukisan Horor) dan Johan Series (Obsesi, Pengurus MOS Harus Mati, Permainan Maut dan Teror).

Cerita dimulai dari pengenalan tokoh seperti, Erika Guruh, sang pemilik ingatan fotografis. Valeria Guntur, seorang yang tak dikenal tapi mengejutkan—kabarnya dia mendapat semua kemampuannya dari latihan keras pantang menyerah tiap harinya. Dan Rima Hujan, pelukis berbakat yang mirip dengan Sadako—ini kata Erika. Mereka bertiga berkolaborasi dalam penyelesaian misteri penganiayaan yang menghilangkan banyak bakat. Dari Hadi seorang pebasket berbakat yang tempurung lututnya dihancurkan hingga tak berbentuk, hingga pesepak bola andalan SMA Harapan Nusantara yang kakinya tertancap paku—kabarnya ditancapkan dengan nail gun.

Erika merasa sangat terhina, karena para pelaku dapat membuat kejadian heboh itu di daerah kekuasaannya, Valeria merasa tertantang dengan adanya kasus baru dan Rima…dia sebenarnya memilih menghindar karena takut akan jadi korban selanjutnya. Tapi apa daya, jika dia mundur dari seleksi anggota The Judges dia akan dikeluarkan dari sekolah. Jadilah ketiga anak luar biasa tersebut bersikeras membongkar kasus dan…tak sia-sia, di hari terakhir seleksi mereka menemukan pelakunya yang ternyata adalah Lindy dan Dicky! Sekalipun Erika tidak bisa beraksi karena kakinya terkena nail gun. Keberhasilan mereka tidak lepas dari bantuan si Ojek, si Obeng dan juga Inspektur Lukas.

Dari sekian banyak karangan Lexie, mungkin Omen#3 ini bukanlah karangan yang sangat menakutkan dan alurnya terlalu biasa karena tidak ada kejutan seperti pada Omen dan Omen#2. Ditambah lagi pengerjaan novel Omen seri ketiga ini terkesan buru-buru. Namun dibalik itu semua, Omen#3 ini mempunyai cover yang menarik dan mendukung tema yang diambil. Di samping itu juga cara penulisan dan penggunaan kata yang mudah dicerna membuat para pembaca tidak sulit memahami, apalagi Lexie Xu mempunyai selera humor cukup tinggi—bisa dibayangkan, anda tertawa saat membaca novel misteri pasti akan membuat orang lain penasaran akan novel ini.

Omen#3 dan karya-karya Lexie yang lain sebenarnya dapat dibaca segala usia, namun karena ada unsur romannya menurut saya lebih cocok untuk para remaja yang menyukai misteri dan pemecahannya dengan diselingi adegan-adegan action luar biasa.