Rabu, 15 Januari 2014

Peri Kecil dan Bidadarinya



            Saat berjalan dan terhenti karena melihat setapak yang licin, berliku dan penuh lubang, di kepalaku timbul banyak tanya. Bagaimana aku bisa melewati semua itu hanya dengan sebelah sayap? Kemudian kusapukan pandangan ke sekeliling, tepat di siku jalan kulihat sesosok Bidadari. Ya, Bidadari tak bersayap. Dia sangat bersinar dengan wajah yang teduh bagai pohon yang sejuk saat siang hari. Melihatku terhenti, dia mendekat. “Wahai anak muda, sedang apakah kau di sini? Mengapa tak teruskan perjalananmu?” oh ternyata aku salah, dia sepertinya tak lagi muda. Aah tapi apalah arti umur jika sesosok Bidadari itu tetaplah cantik? “Selamat siang, Bidadari. Aku terhenti di sini karena tak tahu harus ke mana lagi, kau bisa lihat, salah satu sayapku telah patah. Dan orang-orang yang mematahkannya telah…pergi. Sumber kebahagiaankupun tak ada lagi, aku bingung,” raungku dengan wajah memelas. “Hai Peri Kecil yang jelita, janganlah engkau patah semangat, kau masih muda, jalanmu juga masih panjang,” katanya sambil memelukku dari samping. “Jalanku benar masih panjang, tapi tak terlihat secerca cahayapun di depan. Cahaya adalah satu-satunya petunjuk dan tujuanku, Bidadari,” kataku menyanggah. “Jika aku mengembalikan cahayamu dan merangkai sayapmu kembali, apa kau janji akan teruskan jalanmu?” tanyanya padaku. “Demi apapun jika itu terjadi, tak akan aku berhenti di sini, akan aku teruskan ke arah tujuanku,” kataku dengan mata berbinar karena mulai terlihat secerca harapan. “Berikan patahan sayapmu!” perintahnya. Aku pun mengeluarkan kotak angan dan membukanya. Terlihatlah serpihan sayap putih yang sangat mengenaskan. Aku melihat mata Bidadari itu mulai iba. Diapun mengambil kotak anganku.

“Wahai Sang Pemberi Kehidupan, izinkanlah hamba membantu Peri Kecil hamba untuk mencapai langit tertinggi yang Kau gariskan untuknya,” Bidadari itu menengadah dan tiba-tiba serpihan sayapku terbang melayang dari kotak anganku. Aku terkejut. Namun Bidadari itu menoleh dan berkata sambil tersenyum,”Tenanglah dan lihatlah,”. “Kuperbaiki sayapmu dengan rajutan benang kasih, tempelan kekuatan angan, rayuan semangat menuju langit tertinggi dan jiwa Bidadari tak bersayap yang siap mendampingimu,” seketika sayapku kembali utuh dan menempel di punggungku. Aku kembali terkejut. Bukan hanya itu, sayapku juga semakin indah, banyak kerlap-kerlip ungu berterbangan di sekitar sayapku. Menangislah aku dalam pelukan Bidadari tersebut. “Wahai Bidadari, siapakah engkau? Dan ke mana pula sayapmu?” tanyaku sambil menyeka air mata penuh haru. “Aku adalah sesosok Bidadari yang Tuhan kirimkan untukmu. Sayap? Aku tak perlu sayap untuk terbang. Karena aku telah menemukan Peri Kecilku yang akan membantuku menuju langit tertinggi,” setelah berkata demikian, Bidadari itu kembali memelukku. “Lihatlah ke depan,” katanya sambil tersenyum bahagia. Bidadari itu melambaikan tangan ke depan dan mulai terlihat sebuah…bulatan. Semakin lama semakin membesar dan ternyata itu cahayaku. Tanpa pikir panjang, aku langsung menggandenganya dan terbang mendekati cahaya itu. Cahaya itu benar masih jauh, namun aku tak perlu takut lagi, telah ada penjaga di sisiku. Ya, Bidadari tanpa sayap itu ;)

18:46/ 15-Januari-2014

Senin, 13 Januari 2014

"Mampir" Bukan "Pulang"

Ketika mata saling menatap dalam kejauhan dan diam. Seperti ada yang kembali.  Ya, yang telah lama hilang. Bukan, bukan benar-benar pulang hanya sekedar...mampir. Hati gembira,  seperti baru terguyur air hujan saat kemarau panjang. Masih sama, hanya bisa diam. Diam dalam kebahagiaan. Itu pilihan. Bukan tak mau berbagi, hanya saja...i tu terlalu tak logis. Sapaan rindu dalam diam bisa membuat kalian tersenyum selama seharian padahal hari ini adalah hari Senin---ya, itu hari yang sangat dibenci oleh sebagian orang. Apalah arti sebuah kebahagiaan kecil ini dibanding dengan keterikatan dahulu yang sangat ingin kau lepaskan? Lupakan! Kalian sepertinya hanya benar-benar ditakdirkan "mampir", bukan...."pulang" ;)
  Jika seseorang memilih "pergi", dia pasti tahu ke mana dia harus "pulang". Sekalipun "rumah" dia bukanlah kita.
 17:49/ 13-Januari-2014