Jumat, 05 Juli 2013

Kita Penyebabnya!


            Pernahkah kalian merindukan kebebasan berekspresi dan kejujuran menanggapi suatu hal? Ya keduanya tercermin pada masa kanak-kanak kita. Bebas melakukan apa saja yang kita inginkan—pipis di sembarang tempat misal—dan bebas berkata atau lebih tepatnya polos berucap apa saja—seperti mengatakan bahwa dia tak suka seorang teman dari ibunya karena terlalu menor. Kita kehilangan semua itu saat kita beranjaka dewasa. Ya memang 16 tahun belumlah dewasa, tapi hei tinggal menghitung bulan saja aku mendapat KTP dan SIM! Saat dewasa—atau remaja beranjak dewasa lebih tepatnya—kalian merasa mendapat masalah yang kompleks, pusing dengan ulangan yang selalu remidi—ini aku!—, pusing dengan tugas yang menumpuk, pusing dengan kumpulan cewek atau cowok populer di depan kalian yang selalu menarik perhatian siapa saja sehingga kalian terabaikan—sungguh mengenaskan…ckck—dan…pusing karena kesepian! Sederhana sebenarnya, setelah kupikir panjang ternyata penyebabnya adalah…pikiran kita. Kenapa? Itu karena orang dewasa selalu berpikir dahulu sebelum bertindak dan akan merasa stres saat mendapat dampak kegagalan dari pemikirannya sebelum bertindak itu. Mereka seolah-olah menyalahkan keadaan dan waktu. Padahal jika dipikir dengan kepala dingin, merekalah penyebab dunia ini rumit, merekalah penyebab keretakan dalam sebuah hubungan dan mereka jugalah penyebab dari sebuah permusuhan! Bagaimana dengan keadilan? Jangan bicara tentang keadilan di muka bumi ini, keadilan hanya khayalan di dunia fana ini! Jadi bias disimpulkan bahwa KITA adalah penyebab permasalahan yang kompleks!
14:49
15-06-2013

Peran Alam Bawah Sadar terhadap Perasaan


            Pada dasarnya secara tak langsung alam bawah sadar lebih tau apa yang kita rasakan. Mereka, baik secara langsung atau tidak mencoba mengeluarkan pikiran dari hati kita melalui sikap sehari-hari tanpa kita sadari. Mereka bekerja dengan memunculkan perasaan itu misal saja dengan nyanyian. Seseorang akan cenderung menyanyikan lagu yang baru saja mereka dengar secara berulang-ulang. Namun saat seseorang tidak mendengar lagu apapun tetapi secara terus menerus memikirkan lagu itu atau bahkan secara jelas menyanyikannya, bagaimana dengan hal itu? Ya, itulah yang baru saja kusebut bahwa alam bawah sadar sedang bekerja untuk memunculkan perasaan sebenarnya yang terjadi pada diri kita. Sebuah fakta lagi bahwa seseorang cenderung menyimpan beberapa hal yang tidak ingin ia umbar ke masyarakat atau juga dia sengaja tidak mengakui apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya—terutama perasaanya—ini terjadi karena biasanya dia gengsi. Di sinilah peran alam bawah sadar sangat dibutuhkan. Bagaimana? Mulai percaya dengan pengamatanku? Oke kalian percaya akan kubeberkan sebuah cerita yang benar-benar terjadi pada salah seorang temanku. Sebut saja dia Faya.
            
        Faya  berdiam diri di kamar. Dia termenung sambil duduk di lantai yang mana di depannya sekarang ada sebuah buku dan bulpoin. Faya mengambil kedua benda tersebut. Awalnya ia bingung apa yang akan ia lakukan dengan kedua benda tersebut. Pada akhirnya Faya hanya mencorat-coret lembaran kosong dari buku tersebut. Bosan dengan coretan yang tak jelas dia berganti menggambar sebuah bunga—dia bilang dia hobi menggambar flora—yang kemudian iseng dia tanda tangani. Sebal karena gambarnya tak seberapa bagus dia diam sejenak dan tiba-tiba muncul potongan lirik lagu When You’re Gone-nya Avril Lavigne. Karena memang bingung apa yang akan dia lakukan dengan lembaran putih di depannya, dia menuliskan potongan lirik lagu tersebut dengan besar-besar. Lalu dia terdiam lagi sambil memandangi tulisannya dan membaca ulang lirik lagu itu. Dia bingung mengapa ia menuliskan potongan lirik itu, padahal dia rasa dia sedang tidak kehilangan seseorang.

Beberapa jam kemudian dia menghubungiku. Dia ceritakan kejadian yang mengganjal pikirannya itu—dengan kata lain dia sedang bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya. Memang jika tak disadari, kejadian itu akan dianggap sepele dan terabaikan. Tapi hei! Aku kemudian diam dan berpikir apa yang sebenarnya terjadi pada Faya?! Ada 2 kemungkinan, yang pertama dia baru saja mendengar lagu tersebut atau…dia memang benar-benar telah kehilangan seseorang dan merindukannya. Untuk mencari kebenaran akau menanyakan pada Faya. Dia bilang kemungkinan pertama sangat salah. Tapi dia juga membantah kemungkinan kedua. Kemudian kubuka beberapa fakta yang terjadi pada dirinya akhir-akhir ini. Yap akhir-akhir ini dia memang sedang terserang galau akut—alay dikit gapapa yah hehe—gara-gara pisah kelas dengan ‘someone’nya. Dan terhitung sejak tanggal 1 kemarin itulah hari terakhir dia bertemu dengan ‘someone’nya. Jadi, bagaimana? Lagu dan kejadian-kejadian sebelumnya berkaitan, bukan? Hanya saja si Faya ini tidak mengaku apa yang ia rasakan. Fix! Sekarang percaya dong dengan hasil pengamatannku :p

19:08
5-06-2013

Selasa, 02 Juli 2013

For Penggalau


                Bagiku beberapa saja yang benar-benar hidup dalam kehidupan. Kebahagiaan, kesedihan merekalah yang sedang kubicarakan. Setiap manusia mampu merasa hidup bila kedua hal tersebut terjadi. Ya benar-benar nyata menangis karena kedua hal tersebut. Apa kalian merasa cengeng bila menangis? Pertanyaanku agak lucu memang, tapi menangis benar-benar masih menjadi hal yang terlarang bagiku. Apalagi untuk kasus yang berjudul “cowok”. Bukan, bukan karena hal aku tak pernah mengalami suatu hubungan, hanya aku berpikir jika dia memang menyakiti kita kenapa kau harus rela meneteskan air berharga dari matamu untuknya. Air mata itu berharga karena memang hanya orang-orang tertentu yang bisa mengeluarkannya. Dan mereka tak masuk dalam satu list orang yang berharga itu!
                
              Tertawalah jika kalian pikir tulisanku ini lucu, sok kuat atau hal-hal lain yang mengejek. Tapi hei, tolong, aku hanya ingin membuat orang-orang yang sedang sedih ini—re: aku—sedikit terbuka dan tidak menangis lagi. Ya, aku memang sedang terbelenggu dalam sebuah lingkaran yang aku sendiri merasa sangat sulit keluar dari sana. Tapi toh semua masalah selalu ada penyelesaian. Jika tak ada penyelesaiannya berarti itu bukan masalah, tapi hal bernama kenyataan yang harus dijalani, diterima dengan lapang dan dihadapi dengan senyuman. Bualan memang, tapi aku akan mencoba melakukan hal yang telah kutulis. Aku tak mau dibilang sebagai sesuatu yang lemah, pembual dan lain-lain. Niat suci membuka mata para penggalau—re: aku—agar tak selamanya tertingkap di dalam hal-hal fana yang menyiksa ini. Selamat berjuang para penggalau, semoga mendapat kebahagiaan di saat yang tepat! J

Senin, 01 Juli 2013

Perpisahan dan Move ON


                Semua berhenti dikala cinta berbicara. Namun cinta pun akan berhenti dikala kenyataan berkata. Perpisahan. Satu kata itu sering menyakiti. Satu kata itu sering membuat kita sadar, bahwa apa yang telah dipisahkan sebenarnya dibutuhkan. Dan satu kata itu sering membuat kita berhenti pada satu lingkaran kelam yang membuat kita tak bisa maju. Aku dan dia, mungkin memang bukan takdirnya menjadi kami. Aku selamanya aku, dan dia akan juga selamanya menjadi dia. Aku dan dia dipisahkan oleh jarak, keinginan dan...kesadaran. Jarak pada dasarnya bukan menjadi masalah utama, namun keinginan dan kesadaran yang menjadi pokok permasalahan.
                Setelah perpisahan pastilah ada proses melupakan. Bukanlah hal mudah melupakan seseorang yang pernah membuat kita selalu tersenyum, membuat kita yakin bahwa hari esok akan lebih baik dan membuat kita sadar bahwa hari-hari bersamanya adalah berharga. Hah sial! Mengapa harus ada yang namanya perpisahan? Apa dunia tak ingin melihat manusia merasa bahagia dengan kebahagiaannya? Apa dunia memang hanya menginginkan air mata? Semua pertanyaan itu berkelebat dipikiranku. Merasa sendiri, tak berharga, dan separuh jiwa...hilang pergi entah kemana.

NEPTUNUS vs DIARY


               Untuk Neptunusku, “Hai, nus! Tahu nggak, dia semakin jauh. Jauh dari pandanganku, jauh dari komunikasi dan jauh dari...hatiku. Aku sedih semuanya jadi begini. UTS memang menyebalkan! Dia menjauhkan kami! Dan juga sepertinya dia telah menemukan ‘pelabuhannya’. Bagaimana menurutmu, nus? Apa aku harus diam, maju atau...mundur? Tunggu perahu-perahu kertasku ya, nus J
                Untuk Diaryku, “Dear diary, akhir-akhir ini menyebalkan! Semua seperti tak ada yang indah. Aku dan dia sudah terentang jarak. Sebeeeeeeel!!! Sepertinya dunia pun mendukung tentang kenyataan itu, hanya aku yang tak mau menerima. Aah tapi ya sudahlah, anggap saja sebagai cobaan. Sudah dulu ya, udah malem nih, mau tidur :p Byeeeee :D”
                Mana yang kamu pilih? Sebuah kejujuran tak terbatas atau...sebuah ungkapan hati? J