Senin, 28 Oktober 2013

Masalah "Remaja" dan Pelarian Akhirnya~



                         Jika kalian sedang dalam kesakitan, apa yang kalian pilih? Kesakitan nyata berujung atau…kesakitan gamblang yang tak berujung? Percayalah aku telah melalui dua hal itu dalam hitungan 3 tahun ini. Mengenaskan? Tidak seberapa, malah aku beranggapan aku adalah seseorang paling kuat di antara anak seusiaku lainnya—aku mengabaikan masalah mereka. Dewasa? Itu kata atau sikap wajib yang telah dimiliki setelah semua berlalu walau masih ada yang mengatakanku manja—aku sangat tidak setuju dengan mereka tapi terkadang kupikir itu wajar, siapa yang bisa menjamin remaja 16 tahun yang rentan dengan emosinya dan masih dalam asuhan orang tuanya adalah sesorang yang telah dewasa?. Aku tidak pernah berpikir memiliki perjalanan rumit ini. Ketidak pastian ada bersamaku saat ini tapi aku sedang mencoba mengakhirinya. Dengan jalan menerima semua dan kembali pada seorang sahabat lama—aku baru menyadari bahwa hanya kepadanya semua terasa jujur. Dia adalah orang ke-3 yang memahamiku setelah mama dan aku. Mungkin sekarang kalian bingung kenapa aku meletakkan diriku pada urutan kedua. Hei, tapi itu memang benar terjadi, bung. Beliau lebih memahamiku daripada diriku sendiri, aku pikir itu bukan sesuatu yang aneh jika kalian memiliki hubungan yang sangat-sangat dekat dengan seseorang, kan? Kalian masih bingung? Oke aku tahu kebingungan kedua kalian, kenapa aku tidak kembali pada beliau saja, kan? Kalian salah, seseorang yang memahami kita bukan berarti seseorang yang harus kita jadikan pelarian akhir. Apalagi posisi sebagai orang tua agak membatasi peran itu. Percayalah, aku bukan tipe remaja yang…bisa menceritakan masalah “remaja” pada orang tuaku. Aku takut salah bertindak, lebih tepatnya…malu—ini masalah remaja juga.

20:47
28/10/2013