Sabtu, 08 Maret 2014

Sang Penggerak



                Tersebutlah seorang wanita, bukan, dia hanya seorang remaja putri yang mencoba mengais harapan gemilang. Dia berdiri di depan sebagai seorang penggerak. Bukan organisasi elit, hanya organisasi yang disuper besarkan dengan memiliki banyak anggota. Padahal di kenyataannya sungguh terabaikan, anggota hanya mengikuti prosedural dengan keterpaksaan, bukan dengan hati. Layaknya seseorang yang tidak bekerja dengan hati, merekapun hanya mendapat…kertas berisi nilai setting-an. Aah sungguh munafiknya dunia. Kembali pada pokok pembicaraan, remaja putri itu memiliki wajah tegas dan garang, serta tekad dan niat ingin memperbaiki organisasi kasat mata itu. Bukan, bukan hanya untuk sebuah jabatan, dia murni dengan hati melakukannya. Fisik yang tak lembut itu berbanding terbalik dengan yang terkubur dalam hati dan pemikirannya. Dia sangat jeli, bisa membaca situasi dan bisa memimpin, sayang tiap orang tak diciptakan sempurna. Dia sangat ekspresif sehingga apapun yang dia lakukan selalu timbul akibat bisikan hati terkadang mendatangkan banyak masalah, belum lagi sifat berani bicaranya—di tempat yang dia nyamani yang pasti—membuat dia mati beberapa kali tlak karena tak dapat menutup pemikiran yang menerobos masuk ke kenyataan yang ada yang berusaha disembunyikan lawan bicaranya. Dia juga seseorang yang sosial, sehingga sulit untuk tidak tergantung pada orang lain. Kali ini dunia memang adil.
                
           Setelah perkenalan tadi, mungkin kalian dapat membayangkan bagaimana jungkir-baliknya dalam organisasi tersebut. Ditambah dengan sang kepala sekolah dan pembinanya yang sangat otoriter dan cari muka, dia digerakkan seperti tikus mainan. Jika berhasil para petinggi tersebut yang mendapat apresiasi atas hasil kerjanya, tapi jika gagal? Dia dibantai habis-habisan. Bukan, ini bukan sistem pendidikan yang ada di kepalanya. ”Ini pematian kreasi remaja!” kalau kata ayahnya. Sistem pendidikan dari organisasi yang dia ikuti yang ada di kepalanya saat itu adalah,”Kalian remaja, sedang pada masa emas, kreasi dan penghargaan adalah dua hal yang tak terpisahkan. Sedang alam? Mereka mendukung kita,” bertolak belakang dengan kenyataan yang ada. Mereka memperjuangkan semuanya, tenaga, pikiran, waktu dan uang tanpa batas mengalir dari kantong pribadi, tapi sialnya kegagalan selalu di depan mata karena sang penggerak itu memiliki kelemahan di sana-sini. Sialnya lagi, apresiasi yang dia dapat berkonotasi negatif dari berbagai pihak yang terlibat. Pengikutnya? Ha mereka benar-benar berarti pengikut, guardian angelnya hanyalah ayah dan ibunya.

                Pada dasarnya letak kelemahan berada pada titik kekuatan kalian. Itu 100% benar, sang penggerak itu sudah di puncak kesakitannya. Dia memang bukan orang yang ingin jasanya mendapat timbal balik yang besar, hanya sebuah penghargaan diri itu sudah cukup baginya. Toh sebagai siswa SMA yang didapat apa sih? Hanya nilai! Dan dari sebuah kegagalan apa yang dilihat? Ya, hasilnya. Sayang proses yang nyata terjadi terabaikan oleh publik.

                Dengan pandai dia mengundurkan diri menjadi seorang penggerak dan pemimpin dalam organisasi kasat mata tersebut. Orang seberlian itu tak seharusnya diapresiasi dengan negatif di lingkungan sekolahnya. Apalagi berlian itu belum benar-benar matang. Masih banyak kotoran dan pembentukan belum sempurna di sana-sini. Tentulah, dia masih remaja, bukan seorang dewasa yang telah berpengalaman dalam hidup bukan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar