Tersebutlah
seorang wanita, bukan, dia hanya seorang remaja putri yang mencoba mengais
harapan gemilang. Dia berdiri di depan sebagai seorang penggerak. Bukan organisasi
elit, hanya organisasi yang disuper besarkan dengan memiliki banyak anggota. Padahal
di kenyataannya sungguh terabaikan, anggota hanya mengikuti prosedural dengan
keterpaksaan, bukan dengan hati. Layaknya seseorang yang tidak bekerja dengan
hati, merekapun hanya mendapat…kertas berisi nilai setting-an. Aah sungguh munafiknya dunia. Kembali pada pokok
pembicaraan, remaja putri itu memiliki wajah tegas dan garang, serta tekad dan
niat ingin memperbaiki organisasi kasat mata itu. Bukan, bukan hanya untuk
sebuah jabatan, dia murni dengan hati melakukannya. Fisik yang tak lembut itu
berbanding terbalik dengan yang terkubur dalam hati dan pemikirannya. Dia sangat
jeli, bisa membaca situasi dan bisa memimpin, sayang tiap orang tak diciptakan
sempurna. Dia sangat ekspresif sehingga apapun yang dia lakukan selalu timbul
akibat bisikan hati terkadang mendatangkan banyak masalah, belum lagi sifat
berani bicaranya—di tempat yang dia nyamani yang pasti—membuat dia mati
beberapa kali tlak karena tak dapat menutup pemikiran yang menerobos masuk ke
kenyataan yang ada yang berusaha disembunyikan lawan bicaranya. Dia juga
seseorang yang sosial, sehingga sulit untuk tidak tergantung pada orang lain. Kali
ini dunia memang adil.
Setelah
perkenalan tadi, mungkin kalian dapat membayangkan bagaimana jungkir-baliknya
dalam organisasi tersebut. Ditambah dengan sang kepala sekolah dan pembinanya
yang sangat otoriter dan cari muka, dia digerakkan seperti tikus mainan. Jika berhasil
para petinggi tersebut yang mendapat apresiasi atas hasil kerjanya, tapi jika
gagal? Dia dibantai habis-habisan. Bukan, ini bukan sistem pendidikan yang ada
di kepalanya. ”Ini pematian kreasi remaja!” kalau kata ayahnya. Sistem pendidikan
dari organisasi yang dia ikuti yang ada di kepalanya saat itu adalah,”Kalian
remaja, sedang pada masa emas, kreasi dan penghargaan adalah dua hal yang tak
terpisahkan. Sedang alam? Mereka mendukung kita,” bertolak belakang dengan
kenyataan yang ada. Mereka memperjuangkan semuanya, tenaga, pikiran, waktu dan
uang tanpa batas mengalir dari kantong pribadi, tapi sialnya kegagalan selalu
di depan mata karena sang penggerak itu memiliki kelemahan di sana-sini. Sialnya
lagi, apresiasi yang dia dapat berkonotasi negatif dari berbagai pihak yang
terlibat. Pengikutnya? Ha mereka benar-benar berarti pengikut, guardian angelnya hanyalah ayah dan
ibunya.
Pada dasarnya
letak kelemahan berada pada titik kekuatan kalian. Itu 100% benar, sang
penggerak itu sudah di puncak kesakitannya. Dia memang bukan orang yang ingin
jasanya mendapat timbal balik yang besar, hanya sebuah penghargaan diri itu
sudah cukup baginya. Toh sebagai siswa SMA yang didapat apa sih? Hanya nilai! Dan
dari sebuah kegagalan apa yang dilihat? Ya, hasilnya. Sayang proses yang nyata
terjadi terabaikan oleh publik.
Dengan pandai
dia mengundurkan diri menjadi seorang penggerak dan pemimpin dalam organisasi
kasat mata tersebut. Orang seberlian itu tak seharusnya diapresiasi dengan negatif
di lingkungan sekolahnya. Apalagi berlian itu belum benar-benar matang. Masih banyak
kotoran dan pembentukan belum sempurna di sana-sini. Tentulah, dia masih
remaja, bukan seorang dewasa yang telah berpengalaman dalam hidup bukan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar