Karena pada dasarnya kebahagiaan itu dicari
bukan ditunggu. Jika pada satu titik kalian tidak mendapatkan kebahagian,
pergilah ke titik-titik lain. Karena yakinlah banyak titik di dunia yang dapat
kalian jadikan kebahagiaan. Dan juga ingatlah, jangan pernah hanya terfokus
pada satu titik. Karena bisa jadi titik fokus itu bukan merupakan titik
kebahagiaan kalian. Bukan, aku bukan mengatakan boleh selalu berpindah, hanya
saja menutup diri terhadap titik-titik baru dari dunia itu seperti keegoisan
diri.
Awan
biru dengan pusat sebuah cahaya bundar. Nyata adanya, terbayangkan bahwa “titik
kebahagiaan” salah satunya adalah sumber dari cahaya itu. Bercahaya memendar ke
seluruh penjuru dunia seperti selalu ramah, berbagi tanpa pandang bulu. Seolah ras,
suku, bangsa dan agama bukan batasan. Seharusnya seperti itulah kalian. Membagi
diri menjadi kebahagiaan, bukan menunggu kebahagiaan yang tak ada
jeluntrungnya.
Mata
itu pulang, seolah manyapa,”Hai, apakah kau merindukanku?”. Ingin sekali
seseorang yang disapa itu mangatakan juga,”Ya, aku benar-benar merindukanmu,”. Tapi
yakinlah salah satu “titik kebahagiaan”, dunia sekarang tak semudah itu. Seperti sekat
emas yang telah terbicarakan, sekarang sekat itu benar-benar berdiri di antara
gemuruh yang nyata. Ketika “titik kebahagiaan”mu bukanlah aku, sadarilah bahwa
kau memang benar terlampau egois. Menutup diri dari titik-titik baru. Tidak bisakah
rasionalismemu digunakan? Karena apa yang kau yakini, itulah yang akan terjadi.
Aaah menghayal terlampau jauh ke belakang. Aku seharusnya sudah mengerti, bahwa
“titik
kebahagiaan”ku itu memanglah…telah pudar.
7:30 PM. 10/06/2014
Tertanda,
Mata
Angkasa
Hihihi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar