Selasa, 10 Juni 2014

Titik yang Telah Pudar



               Karena pada dasarnya kebahagiaan itu dicari bukan ditunggu. Jika pada satu titik kalian tidak mendapatkan kebahagian, pergilah ke titik-titik lain. Karena yakinlah banyak titik di dunia yang dapat kalian jadikan kebahagiaan. Dan juga ingatlah, jangan pernah hanya terfokus pada satu titik. Karena bisa jadi titik fokus itu bukan merupakan titik kebahagiaan kalian. Bukan, aku bukan mengatakan boleh selalu berpindah, hanya saja menutup diri terhadap titik-titik baru dari dunia itu seperti keegoisan diri.
                
               Awan biru dengan pusat sebuah cahaya bundar. Nyata adanya, terbayangkan bahwa “titik kebahagiaan” salah satunya adalah sumber dari cahaya itu. Bercahaya memendar ke seluruh penjuru dunia seperti selalu ramah, berbagi tanpa pandang bulu. Seolah ras, suku, bangsa dan agama bukan batasan. Seharusnya seperti itulah kalian. Membagi diri menjadi kebahagiaan, bukan menunggu kebahagiaan yang tak ada jeluntrungnya.

                Mata itu pulang, seolah manyapa,”Hai, apakah kau merindukanku?”. Ingin sekali seseorang yang disapa itu mangatakan juga,”Ya, aku benar-benar merindukanmu,”. Tapi yakinlah salah satu “titik kebahagiaan”, dunia sekarang tak semudah itu. Seperti sekat emas yang telah terbicarakan, sekarang sekat itu benar-benar berdiri di antara gemuruh yang nyata. Ketika “titik kebahagiaan”mu bukanlah aku, sadarilah bahwa kau memang benar terlampau egois. Menutup diri dari titik-titik baru. Tidak bisakah rasionalismemu digunakan? Karena apa yang kau yakini, itulah yang akan terjadi. Aaah menghayal terlampau jauh ke belakang. Aku seharusnya sudah mengerti, bahwa titik kebahagiaan”ku itu memanglah…telah pudar.

7:30 PM. 10/06/2014
Tertanda,
Mata Angkasa



    Hihihi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar